CLOSE
Mampukah IHSG Melanjutkan Rally Penguatanya?
Indeks pada perdagangan kemarin ditutup melemah pada level 6632. Ditransaksikan dengan volume yang relatif sepi jika dibandingkan dengan rata-rata volume 5 hari perdagangan. Indeks dibebani oleh Energy (-3.264%), Industrials (-2.689%), Basic Materials (-1.29%), Infrastructures (-0.576%), Consumer Non-Cyclical (-0.382%), Properties & Real Estate (-0.201%), Transportation & Logistic (-0.178%), kendati ditopang oleh sektor Healthcare (0.509%), Financials (0.531%), Consumer Cyclicals (0.722%), Technology (0.997%) yang mengalami penguatan walaupun belum signifikan. Indeks pada hari ini diperkirakan akan bergerak pada range level support 6600 dan level resistance 6680. Pada perdagangan Kamis, indeks S&P 500 menyentuh rekor baru, bersama dengan Dow Jones Industrial Average, kedua indeks ini berhasil memperbaiki kinerja saham yang mengalami penurunan dua bulan terakhir. Kenaikan ini didorong oleh laporan pendapatan dan laba yang positif dan kuat serta optimisme jelang akhir tahun. S&P 500 naik 0,3% ke rekor penutupan 4.549,78 yang juga mencapai nilai tertinggi perdagangan tengah hari (intraday) di 4.551,44. Nasdaq ditutup naik naik 0,6% menjadi 15.215,70. Sementara itu Dow Jones Industrial Average turun tipis 6,26 poin (0,018%) dan ditutup di level 35.603,08, akibat jebloknya saham IBM yang terkoreksi dalam (9,5%). Sentimen pertama yaitu di Rusia yang dilaporkan menemukakn varian baru mutasi dari covid-19 varian delta. Varian ini tentu akan menjadi perhatian dari investor apabila meluas sampai ke negara lain termasuk Indonesia, dan ini tentu menjadi sentimen negatif pasar keuangan sembari investor akan melakukan aksi wait and see terlebih dahulu. Sentimen kedua yaitu masih terkait krisis energi global serta adanya masalah kondisi rantai pasok yang masih belum terselesaikan. Setelah sebagian besar wilayah Eropa, China dan India merasakan dampak tersebut, kini singapura juga dikabarkan menghadapi permasalahan serupa.Otoritas Energi Singapura EMA pekan lalu menyebut, adanya gangguan impor gas dari pipa gas West Natuna RI dan rendahnya pasokan gas dari Sumatera Selatan menjadi salah satu penyebab Singapura mengalami kesulitan pasokan gas untuk pembangkit listrik. Alhasil, setidaknya tiga perusahaan retail listrik Singapura memutuskan berhenti di bisnis ini. Bila ini terus terganggu, maka tentunya akan memengaruhi pasokan listrik di Negeri Singa ini. Sentimen ketiga yaitu Harga batubara yang terkoreksi di pasar ICE Newscastle (Australia) ke level US$ 213,1/ton. Pelemahan tersebut sudah terjadi 6 hari berturut-turut, harga komoditas ini pun ambles 25,73%. Selain aksi ambil untung oleh investor, penurunan harga batu bara juga dipengaruhi oleh kabar pemerintah China sedang mempersiapkan langkah inisiasi untuk mengintervensi harga batu bara yang telah naik gila-gilaan mengingat batu bara adalah komoditas strategis bagi China, karena sekitar 60% pembangkit listrik di sana menggunakan tenaga batu bara. Sentimen keempat yaitu dari dalam negeri, ada kabar baik yang mampu menopang laju penguatan IHSG, yakni terkait penambahan kasus baru covid-19 yang saat ini sudah dibawah 1000 orang. Pemerintah juga berencana akan melakukan pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Selain itu, sentimen lainnya dari dalam negeri yaitu terkait pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) yang memperkirakan transaksi berjalan di kuartal III-2021 akan mengalami surplus. Sehingga bisa memperkuat fundamental Indonesia. Untuk sepanjang 2021, transaksi berjalan diperkirakan masih akan defisit tetapi lebih baik dari proyeksi sebelumnya. Selain itu, BI juga memutuskan untuk melanjutkan kebijakan akomodatif berupa DP nol persen maksimal untuk penjualan properti dan kendaraan bermotor.
PT. Erdikha Elit Sekuritas | Member of Indonesia Stock Exchange
Gedung Sucaco lt.3 Jalan Kebon Sirih kav.71
Jakarta Pusat 10340, Indonesia
Website : www.erdikha.com